Selasa, 16 September 2014

#01 Love Engineering : Pertemuan Dibalik Lensa

0

Menjadi mahasiswa baru memang menyenangkan. Sudah melewati ospek dan harus mengalami kehidupan belajar menjadi mahasiswa bukan siswa lagi. Entah mengapa kata MAHA membuat SISWA menjadi lebih elegan. 
---
Pagi itu....

Suasana dingin masih terasa. Embun di daun masih enggan pergi membasahi bumi. Cahaya matahari mulai menghangatkan yang ada di sekitarnya dengan sinarnya. Sesekali angin sepoi-sepoi membuat suara desiran angin. Sebagai mahasiswa baru aku akan berusaha menjadi mahasiswa yang baik.
"...hhhmmmmmm......" Sedikit bergumam sesekali menarik nafas membuatku serasa lebih baik.
"Mahasiswa itu seperti ini ya ternyata?" Gumamku lagi.
Tidak ada mahasiswa yang hadir saat itu. Apakah itu karena aku datang terlalu pagi atau memang kalau sudah menjadi mahasiswa semuanya berubah. Aku duduk di kelasku tepat dibawah terpaan angin dari pendingin ruangan. Sungguh dingin, sehingga aku ingin pipis ke toilet. Saat aku melangkah keluar aku berusaha mencari toilet. Saat berjalan di koridor aku melihat seseorang sedang duduk di bangku yang berada di depan ruang administrasi. sesorang dengan pandangan fokus ke hadapan bukunya. Aku berusaha tidak menggaggunya yang sedang memperhatikan atau mungkin membaca bukunya. Tiba-tiba ia menghadap ke arahku. Tatapannya begitu tajam. Aku langsung pergi karena terkejut dengan tatapan matanya di balik kaca mata yang kenakan. Aku tidak mengenalnya, tapi sepertinya aku pernah melihatnya. 

Perlahan-lahan kampus mulai ramai dengan aktivitas. Mahasiswa dan dosen sudah melakukan kegiatan perkuliahan. Aku berusaha melupakan apa yang telah ku lihat tadi pagi. Menurutku itu tak penting.Lensa kaca  mata yang orang itu gunakan tadi membuatnya menjadi seram.
"Ris,,, Kamu kok bengong aja? ntar ke-sambet loh..."
"...eh... apa? Nggak kok. Aku gak bengong."
"Risa bohong deh! Dari pandanganmu tidak seperti itu..."
"Orinnnnn.... Sudahlah!"
"Jangan marah Ris!"
"Iyaa...."
Orin menggembungkan pipinya dan melanjutkan tulisannya. Pak Hendra masih saja menyoret papan tulis putih itu dengan spidol yang wangi itu. Wanginya menggoda Orin untuk mencium wangi spidol itu. Pertemuan dibalik lensa ini membuatku sedikit bertanya, "Siapakah dia?" . 

---

Saat istirahat, menuju kantin..

Aku dan Orin sudah berjalan di koridor karena kami akan menuju kantin. Orin adalah temanku pertama yang berasal dari luar daerah. Kami akrab saat ospek pekan lalu, anaknya manis dan sangat baik. Orin juga teman yang sangat ramah.
"Orin, kamu duluan deh!"
"Kenapa Ris?"
"Dompet aku ketinggalan nih..."
"Kamu ini toledor banget sih..."
"Hehehe... maaf. Kamu duluan deh!"
"OK! Gak pakai lama ya!"
Aku harus kembali ke kelas karena dompetku tertinggal. Akhirnya aku kembali, dan memang ternyata dompetku tertinggal. Aku sedikit berlari menuju arah kantin dan.... Brakk....
"Aduh ... Sakit." Keluhku.
"Kamu gak apa?" Tanya orang dihadapanku.
"Sakit tau...." Kataku.
"Iya, maaf! Kamu... Risa Annisa kan? Mahasiswa baru kelas 1b?"
"Kok tau....."
Aku terdiam saat menatapnya. Ia adalah orang yang ku lihat tadi pagi yang menatapku dari balik lensa kaca mata yang ia gunakan dan kini ia tidak menggunakannya.
"Ah,,, maaf tadi saya buru-buru jadi gak sengaja nabrak."
"Gak apa kok. Kakak yang salah gak liat-liat jalannya."
Dia membuatku terkejut karena ternyata dia adalah kakak tingkatku. Pantas aku seperti pernah melihatnya. Dia kakak tingkat yang mendapat gelar kakak terdiam. Kakak ini juga pernah bermain basket di kampus dan juga pemain futsal. Tapi dia mengenal diriku? Kok bisa kenal?


Aku dan dia sudah berdiri setelah insiden aku menabraknya. Aku teringat Orin dan tanpa banyak kata aku meninggalkan kakak tingkatku itu seorang diri. Tidak banyak kata yang ku ungkapkan termasuk permintaan maaf. Orin menungguku di kantin dengan tersenyum. Pertemuan yang sangat aneh hari ini di kuliah perdanaku menjadi mahasiswa dan belajar.

-Bersambung-

-------------------------------------------------------------------
Selanjutnya..... #02 Love Engineering : Siapakah Dia?
-------------------------------------------------------------------

Risa menceritakan apa yang ia alami kepada Orin dan Orin mengatakan Risa harus minta maaf. Apa yang akan Risa lakukan? Risa mulai mencari tahu siapa kakak tingkat itu. Ia melihat pengumuman di mading dan ia mendapati wajah kakak tingkat itu ada di foto pemain futsal tim jurusannya. Ia memiliki nomor punggung 10. Risa akan berusaha minta maaf karena ia lupa minta maaf.

*Lama gak nulis, aku Ami lagi berusaha menulis lagi cerpen, eh cerbung tapi di blog. Mungkin namanya akan jadi Kisblog (kisah blog) semoga aku bisa membuatnya menjadi lebih baik ya! Gak kaya cerita Kisblogku yang pertama NAMI yang gagal. Terimakasih sudah membaca dan mendukung!*

0 komentar: