Kamis, 18 September 2014

#02 Love Engineering : Siapakah Dia?

0

Orin memandangi wajahku dengan tatapan yang membuatku terdiam. Sungguh aku bingung dengan tingkahnya yang seperti itu kepadaku.
“Risa… Kamu mesti minta maaf!”
“Orin.. aku kan gak sengaja. Aku ini ingat sama kamu makanya aku buru-buru ke sini.”
“Yah.. kalau kau bertemu lagi dengan kakak itu kau harus minta maaf.”
“Ok.”
Aku dan Orin melanjutkan makan siang kami. Makanan dan minuman di kantin ini sungguh enak sekali dengan milkshake vanilla yang sangat manis tapi gak bikin eneg di tenggorokan. Aku suka sekali.

-----
Beberapa hari kemudian….

Aku ingat hari ini tepatnya sore ini ada pertandingan futsal. Kakak yang memiliki nomor punggung 10 itu pasti akan bermain. Aku juga telah mendaftar pada kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik. Aku akan belajar menjadi wartawan kampus. Dan hari ini aku dibimbing kak Farman. Aku akan belajar bagaimana cara meliput pertandingan futsal antar jurusan ini.

Sorak-sorakan semua pendukung sangat terasa memeriahkan pertandingan itu. Aku melihat sekeliling dan melihat ada temanku dari jurusan teknik kimia yang bernama Krisna. Dia juga bermain futsal untuk jurusannya. Permainannya sangat cantik dan menawan tidak ada kekerasan di pertandingan itu.

“Gimana Ris?”
“Bagus ya kak Farman di sini kita melihatnya full pandangan.”
“Hahaha …. Kakak turun dulu ya!”
“Kakak mau kemana? Risa gak bisa turun nanti.”
“Udah Risa di sini aja dulu.”

Kak Farman meninggalkanku di atas balkon auditorium. Aku tahu ia juga bermain futsal makanya aku ditinggal di sini. Tapi gak apa aku masih berusaha mencatat apa saja yang akan aku tulis sebagai berita pertamaku. Belum terlihat si kakak yang memiliki nomor punggung 10 dari jurusanku. Aku masih mencarinya dengan melihat sekeliling. Mendapat hembusan angin yang sangat sejuk dengan melihat beberapa rindangnya pepohonan karena aku berada dari atas.

Dari sisi lain aku melihat seorang gadis berada di balik pohon. Wajahnya sedikit memerah seperti malu-malu menatap para pemain futsal itu. Aku ingin say hi padanya tapi dia jauh sekali dan jika aku memanggilnya dari sini maka suaraku akan terdengar oleh semua orang.
Dan tibalah tim futsal jurusan Teknologi Informasi yang turun. Yup! Itu benar jurusanku yang sedang turun dan kakak itu ada. Saat namanya disebutkan satu persatu aku mendengarkan dengan seksama.

“Nomor punggung 8…. Ariandana Ahmad…. Nomor punggung 19 Kiki Naufal…. Nomor punggung 10 Azis Abdul…. Nomor punggung 21 Jason Alatas…….” Panitia masih menyebutkan nama-nama pemain lain. Dan aku sudah mengetahui siapakah dia sebenarnya.

-bersambung-

Selasa, 16 September 2014

#01 Love Engineering : Pertemuan Dibalik Lensa

0

Menjadi mahasiswa baru memang menyenangkan. Sudah melewati ospek dan harus mengalami kehidupan belajar menjadi mahasiswa bukan siswa lagi. Entah mengapa kata MAHA membuat SISWA menjadi lebih elegan. 
---
Pagi itu....

Suasana dingin masih terasa. Embun di daun masih enggan pergi membasahi bumi. Cahaya matahari mulai menghangatkan yang ada di sekitarnya dengan sinarnya. Sesekali angin sepoi-sepoi membuat suara desiran angin. Sebagai mahasiswa baru aku akan berusaha menjadi mahasiswa yang baik.
"...hhhmmmmmm......" Sedikit bergumam sesekali menarik nafas membuatku serasa lebih baik.
"Mahasiswa itu seperti ini ya ternyata?" Gumamku lagi.
Tidak ada mahasiswa yang hadir saat itu. Apakah itu karena aku datang terlalu pagi atau memang kalau sudah menjadi mahasiswa semuanya berubah. Aku duduk di kelasku tepat dibawah terpaan angin dari pendingin ruangan. Sungguh dingin, sehingga aku ingin pipis ke toilet. Saat aku melangkah keluar aku berusaha mencari toilet. Saat berjalan di koridor aku melihat seseorang sedang duduk di bangku yang berada di depan ruang administrasi. sesorang dengan pandangan fokus ke hadapan bukunya. Aku berusaha tidak menggaggunya yang sedang memperhatikan atau mungkin membaca bukunya. Tiba-tiba ia menghadap ke arahku. Tatapannya begitu tajam. Aku langsung pergi karena terkejut dengan tatapan matanya di balik kaca mata yang kenakan. Aku tidak mengenalnya, tapi sepertinya aku pernah melihatnya. 

Perlahan-lahan kampus mulai ramai dengan aktivitas. Mahasiswa dan dosen sudah melakukan kegiatan perkuliahan. Aku berusaha melupakan apa yang telah ku lihat tadi pagi. Menurutku itu tak penting.Lensa kaca  mata yang orang itu gunakan tadi membuatnya menjadi seram.
"Ris,,, Kamu kok bengong aja? ntar ke-sambet loh..."
"...eh... apa? Nggak kok. Aku gak bengong."
"Risa bohong deh! Dari pandanganmu tidak seperti itu..."
"Orinnnnn.... Sudahlah!"
"Jangan marah Ris!"
"Iyaa...."
Orin menggembungkan pipinya dan melanjutkan tulisannya. Pak Hendra masih saja menyoret papan tulis putih itu dengan spidol yang wangi itu. Wanginya menggoda Orin untuk mencium wangi spidol itu. Pertemuan dibalik lensa ini membuatku sedikit bertanya, "Siapakah dia?" . 

---

Saat istirahat, menuju kantin..

Aku dan Orin sudah berjalan di koridor karena kami akan menuju kantin. Orin adalah temanku pertama yang berasal dari luar daerah. Kami akrab saat ospek pekan lalu, anaknya manis dan sangat baik. Orin juga teman yang sangat ramah.
"Orin, kamu duluan deh!"
"Kenapa Ris?"
"Dompet aku ketinggalan nih..."
"Kamu ini toledor banget sih..."
"Hehehe... maaf. Kamu duluan deh!"
"OK! Gak pakai lama ya!"
Aku harus kembali ke kelas karena dompetku tertinggal. Akhirnya aku kembali, dan memang ternyata dompetku tertinggal. Aku sedikit berlari menuju arah kantin dan.... Brakk....
"Aduh ... Sakit." Keluhku.
"Kamu gak apa?" Tanya orang dihadapanku.
"Sakit tau...." Kataku.
"Iya, maaf! Kamu... Risa Annisa kan? Mahasiswa baru kelas 1b?"
"Kok tau....."
Aku terdiam saat menatapnya. Ia adalah orang yang ku lihat tadi pagi yang menatapku dari balik lensa kaca mata yang ia gunakan dan kini ia tidak menggunakannya.
"Ah,,, maaf tadi saya buru-buru jadi gak sengaja nabrak."
"Gak apa kok. Kakak yang salah gak liat-liat jalannya."
Dia membuatku terkejut karena ternyata dia adalah kakak tingkatku. Pantas aku seperti pernah melihatnya. Dia kakak tingkat yang mendapat gelar kakak terdiam. Kakak ini juga pernah bermain basket di kampus dan juga pemain futsal. Tapi dia mengenal diriku? Kok bisa kenal?


Aku dan dia sudah berdiri setelah insiden aku menabraknya. Aku teringat Orin dan tanpa banyak kata aku meninggalkan kakak tingkatku itu seorang diri. Tidak banyak kata yang ku ungkapkan termasuk permintaan maaf. Orin menungguku di kantin dengan tersenyum. Pertemuan yang sangat aneh hari ini di kuliah perdanaku menjadi mahasiswa dan belajar.

-Bersambung-

-------------------------------------------------------------------
Selanjutnya..... #02 Love Engineering : Siapakah Dia?
-------------------------------------------------------------------

Risa menceritakan apa yang ia alami kepada Orin dan Orin mengatakan Risa harus minta maaf. Apa yang akan Risa lakukan? Risa mulai mencari tahu siapa kakak tingkat itu. Ia melihat pengumuman di mading dan ia mendapati wajah kakak tingkat itu ada di foto pemain futsal tim jurusannya. Ia memiliki nomor punggung 10. Risa akan berusaha minta maaf karena ia lupa minta maaf.

*Lama gak nulis, aku Ami lagi berusaha menulis lagi cerpen, eh cerbung tapi di blog. Mungkin namanya akan jadi Kisblog (kisah blog) semoga aku bisa membuatnya menjadi lebih baik ya! Gak kaya cerita Kisblogku yang pertama NAMI yang gagal. Terimakasih sudah membaca dan mendukung!*

Sabtu, 13 September 2014

Saya dan Polnes FM

0

Saya saat bersiaran di Polnes FM
Saya adalah seorang penyiar radio kampus. Radio ini bernama POLNES FM sesuai nama kampus saya POLNES (Politeknik Negeri Samarinda) mengudara di frekuensi 107.0 MHz dengan slogan yang selalu saya ingat "Edutaiment and News Technology Radio".

Sebagai seorang penyiar past akrab dengan kalimat seperti ini, "Masih di Polnes FM di 107 Mhz Edutaiment and News Technology Radio, masih bersama rekan siar Ami dalam rancang acara...... Oke, sobat Polnes semua Ami bakal nemanin kalian semua selama 2 jam kedepan". Dulu Sebelum mengikuti kegiatan UKM Jurnalistik, awal Maret 2013 menjadi peserta magang (Penyiar) di Polnes FM. Tidak sampai satu tahun akhirnya bergabung dan resmi menjadi anggora UKM Jurnalistik pada November 2013 dan Rancang Acara pertama kali yang saya pelajari adalah Oriental Hitz. Rancang acara khusus pendengar yang menyukai Korea, Jepang, Cina (Asia Timur). 

Saat itu, aku menjalani training bersama kakak Arief. Karena dia suka korea maka aku memanggilnya Oppa Arief (mungkin kalau di Korea harusnya Arief-Oppa karena dia juga senpai). Minggu Pertama saya melihat tata caranya bersiaran lalu diberi materi dan naskah yang mesti di download dan saya pelajari. Saya juga berkenalan dengan teman-teman magang (rekan siar) lainnya yang berasal dari luar kampus. Ada Pai (dari Unmul), Kak Didi (dari Stimik Wicida) dan Nanda (kalau gak salah dia udah kerja). Setiap bersiaran selalu mengisi absen. Setelah bulan september selesailah program magang itu dan saya akhirnya mendapatkan sertifikat sebagai penyiar.

Selasa, 09 September 2014

Perkuliahan di gedung DIV

0

Halo!
Kembali setelah liburan walaupun kenyataanya adalah PKL, Kelasku pindah di gedung baru di gedung DIV. Tepatnya di ruang kelas 1 lantai 3. Lantai 3 yang lumayan melelahkan naiknya. Gedungnya bagus sudah kaya kelas eksekutif tapi sayangnya belum berpendingin udara alias AC. Semoga lebih baik deh gedungnya. Kemarin ikut sosialisasi ujur Polnes - UKM Jurnalistik Politeknik Negeri Samarinda- ada kelas marketing di lantai 2 yang ber-ac dan itu menyejukan. Aku harap kelasku dapat ber-AC juga.

Senin, 08 September 2014

Kisah Seorang 'Partner'

0

Saat ini, aku punya seorang partner. partner di sini boleh di artikan sebagai pacar karena status pacaran. Namun, satu hal yang membuatku bingung. Apakah ini partner yang berarti pacar atau mitra. Seringkali dia menghubungiku saat awal-awal pacaran. Dia berada jauh dariku, ribuan kilometer dari tempat asalnya yang menjadi tempat tinggalku. Media sosial salah satu sarana komunikasi kami. dulu, kami bisa menggunakan aplikasi skype hingga berjam-jam. Seingatku yang terlama hampir 3 atau 4 jam.

Namun, kini semuanya berbeda. Usia hubungan ini masih seumur jagung, belum mencapai angka tahunan. Hatiku resah saat aku mencoba menghubunginya. Dia memiliki kebiasaan jika sibuk tidak dapat di ganggu, Entah apa yang menjadi alasannya untuk begitu. Terkadang sakit hati muncul atas perbuataannya itu dan aku masih bisa terima. Terkadang perih terasa seorang 'partner' malah tidak di hubungi dan aku juga tidak bisa menghubunginya dengan alasan 'kesibukannya'.

Aku tidak mengerti dia sebagai seorang pria yang bisa memperlakukan wanita seperti itu, Terkadang aku merasa seperti diabaikannya. Kemana pergi kata-kata cinta yang terucap dari mulutnya itu? Aku tidak tahu. Aku mengharapkan teleponnya, tapi tiada kabar darinya. Sempat hampir seminggu dia tidak menghubungiku, di saat itu aku hancur, sungguh sakit sekali hati ini hingga hatiku sakit, dan mataku tidak dapat menahan buliran-buliran bening itu.

Sikapnya mulai berubah, dulu sering menyapaku di media sosialnya. Kini tidak ada. Ucapan jadian baru seminggu aja dulu ada, kini tidak ada! Saat dia pulang ke kota asalnya yang tak lain tempatku tinggal sekarang - kotaku - dia tidak pernah bermalam minggu di rumah. Sebagai gadis remaja biasa aku terkadang mengharapkan hal seperti itu. Dia memang datang ke rumahku tapi saat pagi atau sore. Untuk dapat jalan bersama dengannya saja sulit. Sulit karena kesibukannya dan aku tidak mengerti kesibukan apa hingga ia mengabaikanku -seringkali- entah ia sadari atau tidak. Hanya chat, line, bbm ataupun path yang menemani. Saat namanya ku tag pada status ataupun apalah namanya itu. tidak ada respon darinya yang membuatku mengaguminya seperti saat dulu. Aku malah penasaran mengapa dia begitu. Aku tidak suka didiamkan seperti itu.

Saat dia marah karena sesuatu dia akan membentak lalu diam. Saat seperti itu aku takut, terkadang menangis lagi setelah ia pergi dari hadapanku. Aku berharap dia dapat mengerti. Aku ini 'partner' apa sebenarnya aku tidak mengerti akhir-akhir ini. Aku ajak jalan ataupun ke undangan pernikahan temanku malah gak mau. Terkadang dia membuatku takut untuk mencintainya. Aku berharap dia menjadi lebih baik dan tidak mengabaikanku seperti itu. Mengapa hanya aku yang harus menunggunya? Apa dia tidak mau menungguku?

Tidak ada pesannya ya tidak apa sudah biasa.
Teleponku di tolak... sudah biasa juga.
aku diabaikannya?



hanya Tuhan yang tahu. :)
#curhatPartner